https://cdkjournal.com/index.php/cdk/issue/feed Cermin Dunia Kedokteran 2023-03-02T14:28:12+07:00 Dita Arccinirmala cdkjurnal@gmail.com Open Journal Systems <ol> <li><strong>Journal Title: </strong><a title="Cermin Dunia Kedokteran" href="https://cdkjournal.com/">Cermin Dunia Kedokteran</a></li> <li><strong>Initials: </strong>CDK</li> <li><strong>Frequency: </strong>12/ year</li> <li><strong>Online ISSN: </strong>2503-2720</li> <li><strong>Print ISSN: </strong>0125-913X</li> <li><strong>TD-PSE (Kominfo):</strong> 003119.02/DJAI.PSE/07/2022</li> <li><strong>DOI in Crossref: </strong>10.55175</li> <li><strong>Editor in Chief: </strong>Dr. dr. Budi Riyanto W., SpN</li> <li><strong>Publisher: </strong>PT Kalbe Farma Tbk.</li> </ol> https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/655 Tata Laksana Gagal Jantung Pediatrik 2023-03-02T12:31:25+07:00 Eric Ferdinand ericferdinand.loka@gmail.com Ni Made Candra Widyantari ericferdinand.loka@gmail.com <p style="text-align: justify;">Gagal jantung pediatrik merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas anak-anak. Terdapat hubungan antara gagal jantung pediatrik, penyakit jantung bawaan, dan kardiomiopati. Tujuan pengobatan gagal jantung pediatrik untuk mencegah perburukan dan agar perkembangan anak optimal. Tata laksana gagal jantung pada anak-anak diekstrapolasi dari pendekatan tata laksana dewasa.</p> <p style="text-align: justify;">Pediatric heart failure is a leading cause of mortality and morbidity in children. There is an association between pediatric heart failure, congenital heart disease, and cardiomyopathy. The treatment goal for heart failure in children is to prevent worsening and to provide optimal development. Management of heart failure in children is extrapolated from management in adults.</p> 2023-03-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Cermin Dunia Kedokteran https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/656 Defek Septum Ventrikel: Diagnosis dan Tata Laksana 2023-03-02T13:02:52+07:00 Jason Theola jasontheola@gmail.com Nurul Mutmainna Yakub nrl.mtmaina@gmail.com Valentino Ryu Yudianto valentinooryu@gmail.com Bunga Cecilia Sinaga bungacecillia@gmail.com <p style="text-align: justify;">Defek septum ventrikel (VSD) adalah kelainan jantung kongenital yang ditandai dengan adanya hubungan abnormal antara ventrikel kiri dan kanan jantung, sehingga menimbulkan gangguan hemodinamik. VSD merupakan kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemui pada anak-anak, serta merupakan kelainan kedua paling sering ditemui pada orang dewasa setelah katup aorta bikuspid. Sebagian besar VSD menutup spontan, namun VSD yang gagal menutup dapat menimbulkan komplikasi seperti hipertensi arteri pulmoner, disfungsi ventrikel, dan risiko aritmia. Diagnosis VSD komprehensif melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan tata laksana dan prognosisnya.</p> <p style="text-align: justify;">Ventricular septal defect is a congenital heart disorder characterized by an abnormal connection between the left and the right ventricle of the heart, causing hemodynamic disturbances. VSD is the most common congenital heart defect in children, and is the second most common abnormality in adults after the bicuspid aortic valve. Most VSDs close spontaneously, but failure to close can lead to complications such as pulmonary arterial hypertension, ventricular dysfunction, and the risk of arrhythmias. Diagnosis needs to be comprehensive through history, physical examination, and other supporting examinations for treatment planning and prognosis.</p> 2023-03-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Cermin Dunia Kedokteran https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/657 Manajemen Asma dalam Kehamilan: Apa yang Harus Dipahami oleh Dokter Umum 2023-03-02T13:23:15+07:00 Muhammad Habiburrahman muhammad.habiburrahman51@ui.ac.id Muhammad Ilham D Rakasiwi muhammad.habiburrahman51@ui.ac.id <p style="text-align: justify;">Eksaserbasi asma dalam kehamilan dapat mempersulit proses persalinan dan berisiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah dan ibu berisiko mengalami persalinan preterm, preeklampsia, dan sectio caessaria. Penyebab eksaserbasi asma dalam kehamilan dapat akibat terapi kurang optimal selama kehamilan akibat kekhawatiran personal pasien dan dokter yang kurang didukung bukti terkait keamanan agen farmakologis asma dalam kehamilan, dan rendahnya kepatuhan pasien untuk kontrol rutin, terutama selama masa pandemi COVID-19. Hingga kini, manajemen asma antenatal menjadi tugas besar dokter umum di layanan primer, dan dokter spesialis obstetrik dan ginekologi, serta dokter spesialis paru di layanan sekunder, sedangkan panduan khusus komprehensif asma dalam kehamilan di Indonesia masih terbatas. Telaah literatur ini bertujuan untuk memberikan pemahaman esensial perubahan klinis dan mekanisme yang berkontribusi terhadap tidak terkontrolnya asma selama kehamilan, pendekatan diagnosis komprehensif asma dalam kehamilan, dan menyediakan informasi obat-obatan yang aman untuk manajemen asma dalam kehamilan.</p> <p style="text-align: justify;">Asthma exacerbations in pregnancy can complicate the delivery process and risk low birth weight in the baby, as well as preterm labor, preeclampsia, and a cesarean section in mothers. Asthma exacerbations during pregnancy can be caused by ineffective treatment due to patient and physician concerns about the safety of asthma medications during pregnancy that are not supported by reliable data, as well as poor patient compliance for routine control, particularly during the COVID-19 pandemic. Asthma management during antenatal care falls primarily on general practitioners in primary care, and obstetricians and gynecologists, and pulmonologists in secondary-level services. While specific guidelines in Indonesia are still limited, this review aims to present a fundamental understanding of clinical changes and mechanisms that contribute to the uncontrolled status of asthma during pregnancy, a comprehensive diagnostic approach to asthma in pregnancy, and provide a safety drug profile during pregnancy</p> 2023-03-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Cermin Dunia Kedokteran https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/658 Manajemen Psoriasis Pustulosa 2023-03-02T13:34:04+07:00 Yefta yefta.yft@gmail.com Dwi Retno Adi Winarni yefta.yft@gmail.com Yohanes Widodo Wirohadidjojo yefta.yft@gmail.com <p style="text-align: justify;">Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronis dengan dasar genetik yang kuat. Berdasarkan tipenya, psoriasis dibagi menjadi psoriasis plak (psoriasis vulgaris), psoriasis gutata, psoriasis pustulosa generalisata/lokalisata, psoriasis inversa, dan eritroderma psoriatika. Manajemen psoriasis pustulosa mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit. Acitretin, cyclosporine, methotrexate, dan infliximab merupakan terapi lini pertama untuk psoriasis pustular generalisata. Adalimumab, etanercept, dan psoralen plus ultraviolet A (PUVA) adalah modalitas lini kedua. Berbagai modalitas terapi lain yang sedang dikembangkan adalah agen biologis dan terapi berdasar sel punca. Manajemen psoriasis pustulosa dapat menggunakan berbagai modalitas dengan memperhatikan kondisi pasien dan keterjangkauan terapi</p> <p style="text-align: justify;">&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Psoriasis is a chronic skin inflammation with a strong genetic basis. Based on its type, psoriasis is divided into plaque psoriasis (psoriasis vulgaris), guttate psoriasis, generalized/localized pustular psoriasis, inverse psoriasis, and psoriatic erythroderma. The management of pustular psoriasis depends on the disease severity. Acitretin, cyclosporine, methotrexate, and infliximab are first-line therapies for generalized pustular psoriasis. Adalimumab, etanercept, and psoralen plus ultraviolet A (PUVA) are second-line modalities. Other therapeutic modalities being developed are biologic agents and stem cell-based therapies. Management of pustular psoriasis can use various modalities, depending on the patient’s condition and its affordability</p> 2023-03-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Cermin Dunia Kedokteran https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/659 Non-ST Elevation Acute Coronary Syndrome (NSTEACS) as Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD) in Hypertensive Emergencies 2023-03-02T13:51:59+07:00 Karina Puspaseruni karinapuspaseruni@gmail.com Edmond Da Rizka karinapuspaseruni@gmail.com Wisnu Sakulat karinapuspaseruni@gmail.com <p style="text-align: justify;">Hypertensive emergencies are characterized by severe increases in blood pressure with evidence of hypertension-mediated organ damage (HMOD) and are associated with an increased risk of cardiovascular events, i.e. coronary heart disease (CHD) and mortality. Case: A 75-year-old man with typical chest pain with nausea and vomiting 1 hour before admission. Blood pressure was 200/100 mmHg, ECG showed T inversion in leads II, III, AVF, V1-V6 and prolonged QT interval, cardiomegaly on chest x-ray, and leukocytosis, hyperglycemia, and hypokalemia. The diagnoses were non-ST elevation acute coronary syndrome (NSTE-ACS), hypertensive emergency, and T2DM. Treatment in the ICCU consists of intravenous antihypertensive, antiplatelet, anticoagulant, statin, nitrate, insulin, and potassium chloride for electrolyte correction. The patient was admitted to the ICCU for further observation and management.</p> <p style="text-align: justify;">Hipertensi emergensi ditandai dengan kenaikan tekanan darah yang sangat disertai bukti kerusakan organ yang progresif (hypertension-mediated organ damage - HMOD). Keadaan ini berkaitan dengan peningkatan risiko kejadian penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner bahkan kematian. Kasus: Seorang laki-laki usia 75 tahun dengan nyeri dada tipikal sejak 1 jam sebelum datang ke rumah sakit disertai mual dan muntah. Tekanan darah 200/100 mmHg, pada EKG didapatkan inversi T pada lead II, III, AVF, V1-V6, dan pemanjangan interval QT. Pada pemeriksaan X-ray dada didapatkan kardiomegali, hasil laboratorium menunjukkan leukositosis, hiperglikemi, dan hipokalemi. Pasien didiagnosis non-ST elevation acute coronary syndrome (NSTE-ACS), hipertensi emergensi, dan diabetes melitus tipe 2. Tata laksana di ICCU menggunakan anti-hipertensi intravena, anti-platelet, anti-koagulan, statin, nitrat, insulin, dan kalium klorida untuk koreksi elektrolit. Pasien dirawat di ICCU untuk observasi dan tata laksana lebih lanjut.</p> 2023-03-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Cermin Dunia Kedokteran https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/660 Carvedilol untuk Tata Laksana Clinically Significant Portal Hypertension pada Sirosis Kompensata 2023-03-02T14:12:46+07:00 Achmad Faiz Sulaiman dr.achmadfaiz@gmail.com <p style="text-align: justify;">Hipertensi portal merupakan konsekuensi klinis dari sirosis hati. Angka kematian karena hipertensi portal masih tinggi di Indonesia. Pada kondisi sirosis kompensata munculnya hipertensi portal yang signifikan secara klinis (clinically significant portal hypertension/CSPH) dapat memprediksi kejadian dekompensasi dan merupakan penanda prognosis penyakit yang lebih buruk. Diagnosis CSPH dapat dengan cara invasif ataupun non-invasif. Tata laksana CSPH pada kondisi sirosis kompensata diutamakan untuk mencegah timbulnya dekompensasi sirosis. Pemberian penghambat beta non-selektif (non-selective beta blocker/NSBB) pada kondisi sirosis kompensata efektif menurunkan hipertensi portal dan mampu mencegah dekompensasi.</p> <p style="text-align: justify;">Portal hypertension is a major consequences of liver cirrhosis. Mortality rate from portal hypertension is quite high in Indonesia. In patients with liver cirrhosis, the development of clinically significant portal hypertension (CSPH) is predictive for decompensation and worse prognosis. Diagnosis of CSPH can be carried out by either invasive or non-invasive methods. The aim of CSPH management in compensated cirrhosis is to prevent the incidence of decompensation. Management of compensated cirrhosis with non-selective beta blocker (NSBB) has been shown to reduce portal hypertension and the incidence of first decompensation.</p> 2023-03-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Cermin Dunia Kedokteran https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/661 Terapi Tissue Plasminogen Activator untuk Stroke Iskemik Akut 2023-03-02T14:19:10+07:00 Allen all_en@ymail.com <p style="text-align: justify;">Prevalensi stroke terus meningkat setiap tahun. Penanganan kasus stroke harus dilakukan sesegera mungkin untuk memaksimalkan pemulihan serta mencegah berulang. Pada kasus stroke iskemik akut, pengobatan fibrinolitik tPA terbukti efektif. Beberapa kriteria pemberian harus dipenuhi. Pasien yang mendapat tPA harus mendapat observasi tekanan darah ketat dan memastikan tidak terjadi efek samping perdarahan. Hingga saat ini, hanya alteplase yang disetujui untuk pengobatan fibrinolitik pada pasien stroke iskemik akut. Telaah ilmiah berbasis bukti menunjukkan manfaat tPA lain. yaitu tenecteplase.</p> <p style="text-align: justify;">The prevalence of stroke continues to increase. To minimize brain injury, prompt management is necessary to maximize patient recovery and prevent recurrent strokes. Fibrinolytic tPA has been proven to be effective for acute ischemic stroke. Several criteria must be met before tPA administration. Patients should receive close monitoring of blood pressure and for bleeding risk. Until recently, only tPA alteplase has been approved for fibrinolytic treatment in acute ischemic stroke. Several evidence-based studies have shown the benefits of tenecteplase - another tPA - in acute ischemic stroke management.</p> 2023-03-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Cermin Dunia Kedokteran https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/663 Perikardiosentesis Ekokardiografi pada Tamponade Jantung dan Suspek Hipertensi Pulmonal: Langkah-Langkah Prosedur dan Komplikasinya 2023-03-02T14:28:12+07:00 Gabrielle Alexander Kartawan gabriellekartawan@gmail.com Achmad Yusri Rachmani Diartoputro yusri.cardio@gmail.com <p style="text-align: justify;">Tamponade jantung merupakan kondisi emergensi yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardium karena akumulasi cairan pericardium, sehingga terjadi kompresi ruang-ruang jantung, mengakibatkan curah jantung menurun. Terapi definitif tamponade jantung adalah perikardiosentesis, dapat dilakukan dengan bantuan ekokardiografi. Keberhasilan perikardiosentesis ekokardiografi mencapai &gt;95%, namun juga memiliki risiko tinggi hingga beberapa komplikasi. Kasus seorang perempuan 17 tahun dengan SLE dan tamponade jantung datang dengan instabilitas hemodinamik. Perikardiosentesis ekokardiografi berhasil dilakukan. Laporan ini disertai langkah-langkah prosedur perikardiosentesis ekokardiografi dan pembahasan komorbiditas hipertensi pulmonal dan komplikasinya.</p> <p style="text-align: justify;">Cardiac tamponade is an emergency condition caused by intrapericardial pressure increase due to pericardial fluid accumulationresulting in compressed cardiac chambers and reduced cardiac output. Definitive therapy is pericardiocentesis, which could be done with the guidance of echocardiography. Echocardiography-guided pericardiocentesis procedure has a&gt;95% success rate, but it carries some potential high risks and several complications. The case is a 17-year-old SLE female patient presenting with cardiac tamponade and hemodynamic instability. Echocardiography-guided pericardiocentesis was successfully done. This case report is supplemented by a step-by-step procedure and discussion on possible pulmonary hypertension comorbidities and their complications.</p> 2023-03-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Cermin Dunia Kedokteran