Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Mengenai Konsep Profesionalisme Dokter
DOI:
https://doi.org/10.55175/cdk.v47i10.548Kata Kunci:
Profesionalisme dokterAbstrak
Latar Belakang: Salah satu standar kompetensi dokter lulusan Indonesia adalah profesionalisme; usaha pembelajaran profesionalisme sangat tepat jika dimulai sejak dini. Tujuan: Mengetahui persepsi mahasiswa kedokteran Prodi Kedokteran FK UNTAN tahap akademik dan profesi tentang konsep profesionalisme dokter. Metodologi: Penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan wawancara mendalam. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Responden berjumlah 10 orang mahasiswa. Analisis data dengan analisis tematik. Hasil: Sebanyak 7 dari total 10 responden (70%) mendefinisikan profesionalisme dokter yaitu seorang dokter yang bekerja sesuai standar profesi dokter. Mengenai persepsi atribut perilaku profesionalisme, 7 responden (70%) menyatakan bahwa dokter yang profesional harus memiliki tanggung jawab. Seluruh responden menyatakan prinsip pembelajaran profesionalisme yaitu dilatih dan diterapkan sejak mahasiswa akademikprofesi hingga menjadi dokter serta terintegrasi dengan kurikulum. Sebanyak 5 responden (50%) menyatakan peran penting profesionalisme pada pendidikan kedokteran yaitu belajar profesionalisme agar terbiasa saat menjadi dokter. Simpulan: Profesionalisme dalam kedokteran perlu diperkenalkan kepada mahasiswa sejak dini. Pendidikan profesionalisme juga harus dengan pengarahan dan bimbingan.
Background: One of the standard of competencies of Indonesian Doctor is professionalism. Professionalism is obligatory for all doctors and this competence can be acquired at early phase. Objective: This paper aims to identify the perceptions of academic and profession stage medical students in Tanjungpura University on the concept of doctor’s professionalism. Methodology: This paper was a descriptive qualitative with in-depth interview. Ten participants were selected through purposive sampling method. Data were analysed thematically. Results: Seven of 10 participants (70%) defined doctor’s professionalism as work according to the standards of doctor profession. Seven (70%) participants stated that a professional doctor must have a sense of responsibility. All participants indicated that professionalism training should begin in academicprofession level. Five respondents (50%) stated the important role of professionalism in medical education, namely learning professionalism to get used to being a doctor. Conclusion: In medical faculty, professionalism should be introduced as early as possible
Unduhan
Referensi
Konsil Kedokteran Indonesia. Standar pendidikan profesi dokter. Jakarta; 2012 .p. 1–26
Burhanuddin AL. Dasar pertimbangan hakim dalam memutus kasus terpidana dokter yang melakukan kelalaian pada tingkat kasasi dan peninjauan kembali. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689–99.
Purnamasari CB. Pembelajaran profesionalisme kedokteran dalam persepsi instruktur dan mahasiswa. J Pendidikan Kedokt Indonesia. 2017;4(1):21–7.
Armyanti I. Eksplorasi peran negative role model dosen kedokteran pada pembelajaran profesionalisme di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Jakarta: Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura; 2018 .p. 3.
Yulianto H. Persepsi mahasiswa tentang ketidakjujuran akademik: Studi kasus mahasiswa program vokasi Universitas Indonesia. J Vokasi Indonesia. 2015;3(1):85-91.
Papadakis MA, Teherani A, Banach MA, Knettler TR, Rattner SL, Stern DT, et al. Disciplinary action by medical boards and prior behavior in medical school. N Engl J Med. 2005;353:2673-82.
Maharani P, Muktamiroh H, Nurhayati L. The correlation of parenting style with undergraduate medical students’ Academic Integrity in a Medical School. J Pendidikan Kedokt Indon. 2018;7(1):14.
Khasanah U, Sutisna A, Meidianawaty RV. Pengembangan instrumen penilaian perilaku profesional mahasiswa kedokteran. J Kedokt Tunas Medika. 2015;2(1):1-8.
Ng S, Lorelei L, Kennedy TJ. Qualitative research in medical education. Understanding Medical Education. 2013;29:371–84.
Cruess SR, Cruess RL. The cognitive base of professionalism. Teaching medical professionalism. New York: Cambridge University Press; 2012 .p. 7–28.
Syukriani YF. Ekstrospeksi mahasiswa program studi profesi dokter atas profesionalisme dokter di Rumah Sakit Pendidikan. Maialah Kedokt Andalas. 2014;37(1):59-68.
Pamungkasari EP, Probandari A. Pengukuran kemampuan belajar mandiri pada mahasiswa pendidikan profesi dokter. J Penelit dan Eval Pendidik. 2013;16(2):492–510.
Hendri, Arundina A, Fitrianingrum I. Faktor-faktor yang mempengaruhi rerata skor empati pada mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura tahun 2012. J Kedokt. 2013;3(1):1–13.
Izza F Al, Andina M. Pengaruh pemberian umpan balik latihan OSCE terhadap keterampilan klinis mahasiswa. Jurnal Ibnu Sina Biomedika 2019;6(3):63–71.
Nadeak B. Etika pendidikan kedokteran: Keteladanan dalam profesionalisme. Jurnal Dinamika Pendidikan. 2015;8(2):123–9.
Passi V, Doug M, Peile E, Thistlethwaite J, Johnson N. Developing medical professionalism in future doctors: A systematic review. Int J Med Educ. 2010;1:19–29.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2020 https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.