Scar Hipertrok dan Keloid: Patosiologi dan Penatalaksanaan
DOI:
https://doi.org/10.55175/cdk.v45i1.838Kata Kunci:
Keloid, luka, scar hipertrofikAbstrak
Angka terjadinya kelainan fibrotik yang sering muncul pasca-luka terus meningkat, baik luka karena operasi elektif maupun luka yang disebabkan oleh trauma lainnya. Seringkali disertai dengan keluhan lain seperti kontraktur, gatal hingga nyeri, sehingga mengganggu kualitas hidup seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Secara umum kelainan fibrotik ini dibedakan atas scar hipertrofik dan keloid. Scar hipertrofik lambat laun dapat terjadi regresi secara sempurna, sedangkan keloid jarang sekali terjadi regresi. Gambaran klinis keduanya seringkali serupa. Oleh karena itu, sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat antara kedua jenis kelainan fibrotik ini sebelum mengambil keputusan untuk terapi. Saat ini sudah ada beberapa macam terapi yang ada, tetapi terapi ini pun masih terus berkembang. Melalui artikel ini akan dibahas mengenai perbedaan mendasar antara kedua jenis kelainan fibrotik ini dan pilihan kombinasi terapi yang baik untuk penanganannya.
Excessive scars form following in wound healing from elective surgery and other traumatic may keep arise. Mostly it causes contractures, pruritus, pain, and its affect the patient’s quality of life both physically and also physicology. Excessive scaring identified in two types: hypertrophic scar and keloid. Sometimes hypertrophic scar generally regressing spontaneously but in keloid they do not regress with time. Clinically both of them most similar but incorrect identification of scar type may bring clinician to inappropriate management. Nowdays there are many choices for treat this excessive scar but still need more studies to find satisfied result. This review will summarize the different between hypertrophic scar and keloid, management using therapeutic combination for excessive scar.
Unduhan
Referensi
Gauglitz GG, Korting HC, Pavicic T, Ruzicka T, Jeschke MG. Hypertrophic scarring and keloids: Pathomechanisms and current and emerging treatment strategies. Mol Med 2011;17(1-2):113-25. Available from: http://dupuytrens.org/DupPDFs/2011_Gauglitz.pdf
Maghrabi IA, Kabel AM. Management of keloid and hyperthropic scars: Role of nutrition, drugs, cryotherapy and phototherapy. World J Nutr Health 2014;2(2):28-32. Available from: http://pubs.sciepub.com/jnh/2/2/4/
Sudjatmiko G. Petunjuk praktis ilmu bedah plastik rekonstruksi. 1st ed. Indonesia: Yayasan Khasanah Kebajikan; 2007
Thorne CH, Chung KC, Gosain AK, editors. Grabb and Smith’s plastic surgery. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2014. p. 14-9.
Atiyeh BS. Nonsurgical management of hypertrophic scars: Evidence-based therapies, standard practices, and emerging methods. Aesthetic Plas Surgery. 2007;31(5):468-92.
Huang C, Murphy GF, Akaishi S, Ogawa R. Keloids and hypertrophic scar: Update and future directions [Internet]. 2013. Available from: https://dash.harvard.edu/bitstream/handle/1/13347635/4173836.pdf?sequence=1.
Gauglitz GG. Management of keloid and hypertrophic scars: Current and emerging options [Internet]. 2013. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3639020/
Jansen D. Keloid [Internet]. 2016. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1298013-overview#a1
Perdanakusuma DS, Noer MS. Penanganan parut hipertrofi dan keloid. Surabaya: Airlangga University Press; 2006.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2018 https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.